Minggu, 02 Januari 2011

Introspeksi Di Tahun Baru

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاء وَالْقَمَرَ نُوراً وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُواْ عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللّهُ ذَلِكَ إِلاَّ بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ   
" Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak . Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui ". Q.S Yunus : 5

TAHUN BARU MASEHI
Kalender atau penanggalan yang pernah digunakan oelh umat manusia adalah :
  1. Penanggalan Mesir Kuno.
  2. Penanggalan Siryani di Suria.
  3. Penanggalan Ibrani.
  4. Penanggalan Persia.
  5. Penanggalan Yuliani Masehi.
  6. Penanggalan Gregorian.
  7. Penanggalan Hijriah.
Hingga saat ini yang masih dipakai oleh mayoritas penduduk dunia hanya dua penanggalan, yaitu Penanggalan Yuliani Masehi yang lebih dikenal dengan Kalender Masehi (Miladiyah) dan Penanggalan Hijriah. Kalu Kalender Masehi dihitung berdasarkan perjalanan Bumi mengelilingi matahari, Kalender Hijriah berdasarkan perjalanan bulan mengelilingi Bumi.
Perhitungan awal tahun baru dalam Kalender Hijriah adalah bulan Muharram, sementara pada Kalender Masehi diawali dengan bulan Januari. Allah dalam Al-Qur'an menggunakan kata yaum, yang berarti hari, sebanyak 365 kali, sama dengan jumlah hari dalam setahun dan kata syahr, yang berarti bulan, diulang dalam Al-Qur'an sebenyak 12 kali sejumlah bulan dalam setahun.

PERGANTIAN TAHUN
Tidak terasa waktu berjalan terus, hari berganti hari dan tahun pun berganti tahun, menggugurkan sisa usia yang telah ditetapkan Allah SWT. Pergantian waktu itulah yang menimbulkan istilah lama dan baru yang sengaja diciptakan oleh Allah SWT agar manusia dapat melakukan introspeksi dan evaluasi diri disetiap waktu. Sebutan Tahu Baru merupakan awal dari perjalanan kehidupan manusia setahun mendatang dan meninggalkan tahun sebelumnya. Introspeksi dan evaluasi memang diperlukan, karena setiap hari dalam jangka waktu setahun yang telah dilalui pasti ada perbuatan baik dan buruk yang telah dilakukan manusia, terutama yang menyangkut kewajiban-kewajiban manusia terhadap Allah SWT (hablum minallah) atau pun antara sesama manusia (halum minannas).
Dengan merenung, mengintrospeksi dan mengevaluasi diri dari semua perbuatan yang telah dilakukan setahun silam, maka disitulah saat dimana akal sehat seseorang dapat menilai dan menghakimi hawa nafsu dan hati nuraninya. Hal itu ditunjukan untuk kemajuan dan perbaikan dirinya di hari-hari mendatang dengan pengawasan iman dan taqwanya yang mengontrol seluruh aktivitas dirinya. Tentunya hal itu tidak lepas dari prinsip "hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini".

HABLUM MINALLAH
Dalam menyongsong tahun baru ini langkah utama yang mestinya dilakukan umat Islam dinegeri ini adalah meluruskan akidah, dalam arti meningkatkan dan mengokohkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah untuk menghadapi tantangan berupa krisis moral dan memburuknya akhlak bangsa. Bagi mereka yang telah kokoh iman dan taqwanya, pergantian tahun akan berdampak positif pada sikap hidupnya dengan lebih memahami akan pemanfaatan waktu hidupnya didunia untuk meningkatkan ibadahnya kepada Allah. Lebih memantapkan dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta meneguhkan sendi-sendi tauhid, bebas dari perbuatan syirik, menyekutukan Allah SWT.
Syirik merupakan kejahatan paling besar yang dilakukan manusia, sehingga Allah mengancam dengan firman-Nya : " Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Allah akan mengampuni dosa-dosa selain dosa syirik bagi orang-orang yang dikehendaki-Nya ... " Q.S 4:48. Syirik juga merupakan kezaliman terhadap martabat manusia (Q.S 31:3), karena dari penghambaan kepada Allah SWT beralih kepenghambaan kepada selain Allah, seperti mengkultuskan dan mensucikan seseorang, menyembah harta dan kekuasaan atau jabatan. Maka mereka telah melalaikan hakikat hidupnya didunia, Allah SWT telah memerintahkan : " Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun .. ". Q.S 4:36, Allah juga menegaskan diciptakan-Nya manusia adalah agar mereka menyembah Allah SWT (Q.S 51:56).

HABLUM MINANNAS
Selain memelihara hubungan dengan Allah (hablum minallah) seseorang mukmin wajib menjaga hubungan dengan manusia (hablum minannas). Antara hablum minallah dan hablum minannas harus seimbang dan itulah ciri orang beriman. Rasulullah SWA pernah bersabda : "Iman itu terdiri dari 70 cabang ; yang paling tinggi di antaranya ialah ucapan Laa ilaaha illallaah dan yang paling rendah ialah menyingkirkan duri dari jalan".
Dari 70 cabang iman itu ternyata sebagian besar berkaitan dengan masalah hablum minannas (hubungan antara manusia). Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin bisa hidup sendiri, sesuai fitrahnya mereka hidup berkelompok, bermasyarakat dan saling berinteraksi, saling membutuhkan satu sama lain.
Dalam menjalin hubungan terhadap sesama, manusia haruslah memahami apa yang menjadi hak dan kewajiban terhadap sesama manusia, sebagaimana firman-Nya : ".. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri" Q.S 4:36 .
Dalam menjalin hubungan dengan sesama manusia, telah disebutkan Allah kepada siapa saja kita harus berbuat baik dan masih di ayat yang sama Allah SWT melarang orang bersikap sombong dan membanggakan diri (ujub). Kesombongan memang adakalanya timbul tatkala seseorang memiliki kelebihan, entah berupa harta yang melimpah, jabatan yang tinggi, tubuh yang besar, gagah dan rupawan, sehingga dengan kelebihannya itu muncul sifat ujub, membanggakan diri dan meremehkan orang lain.
Sifat sombong atau takabur terhadap manusia akan menyeret seseorang untuk takabur kepada Allah, sebagaimana iblis yang takabur kepada Adam sehingga menjadikannya berani mendurhakai perintah Allah SWT untuk bersujud kepada Adam. Jawab Iblis : "Saya lebih baik dari padanya : Engkau ciptakan saya dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah" Q.S 7:12. Rasulullah SAW bersabda : "Tidak akan masuk Surga, orang yang didalam hatinya ada kesombongan walau seberat biji sawi". (HR. Muslim). Kelebihan yang ada pada seseorang apa pun bentuknya, sejatinya adalah karunia Allah SWT yang harus disyukuri, bukan untuk dibanggakan.

MUHASABAH
Melakukan muhasabah atau introspeksi bagi seorang Muslim harus dilakukan dari waktu ke waktu dan hari ke hari, yaitu untuk mencapai derajat ke-Islaman yang lebih tinggi, terutama sekali derajat keimanan dan ketaqwaannya. Allah SWT berpesan : "Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) ... " Q.S 59:18.
Dengan memahami kewajiban setiap muslim terhadap Allah dan terhadap sesama manusia diatas, maka setiap insan muslim dengan muhasabah dapat mengetahui, melihat dang mengingat serta mengkaji kualitas ibadahnya kepada Allah SWT. Sudah berapa banyak kesalahan besar maupun kecil yang dilakukan di masa lalu, bila sudah menemukan pelanggaran dan dosa-dosanya, beristighfar, mohon ampun atas segala dosa tadi, lalu mohon kepada Allah SWT kekuatan untuk memperbaikinya. Demikian pula dengan ibadah wajibnya seperti shalat, puasa dan zakat serta amal saleh lainnya perlu dikontrol, di evalasi mana yang masih perlu diperbaiki dan banyak ditingkatkan lagi kualitasnya dan mana yang harus ditinggalkan.
Dalam hubungan antara sesama manusia pun perlu dilakukan muhasabah sesuai posisi masing-masing individu. Seseorang yang berada dalam posisi penuh kenikmatan, banyak harta, sehat, punya jabatan tinggi dan sebagainya, perlu direnungi sudahkah nikmat karunia Allah SWT itu kita syukuri dengan benar, dengan penuh ketaqwaan, yaitu melaksanakan perintah-Nya dan menyalurkan sebagian nikmatnya yang berupa harta benda itu kepada yang membutuhkan. Sedangkan bagi yang dalam posisi berilmu tinggi, apakah selama ini sudah diamalkan ilmu yang dikuasainya itu kepada sesama. Banyak lagi hak dan kewajiban dalam hidup bermasyarakat yang mesti dipenuhi, seperti menjenguk orang sakit, melayat orang meninggal (takziyah), menasehati, memberikan salam, melaksanakan amanah, menepati janji, menolong orang, memuliakan tetangga, tidak bergunjing (ghibah) dan sebagainya. Yang bila direnungi mungkin ada yang harus di "tambal sulam", yang baik kita tingkatkan lagi dan yang belum dilakukan perlu dilaksanakan untuk menambah pahala amal shaleh di hari akhir nanti.

MANFAATKAN WAKTU
Sudah saatnya kita manfaatkan waktu kita sebaik dan seefisien mungkin untuk beramal shaleh, baik secara sosial yang berhubungan dengan Allah SWT maupun secara sosial yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Waktu, menit per menit hingga hari ke hari adalah umur kita yang harus kita isi dengan amal shaleh sebagai sarana untuk meraih kebahagiaan dan keselamatan serta keridhaan Allah didunia dan akhirat. Untuk itulah kita dituntut agar selalu bermuhasabah, mengontrol dan mengoreksi diri setiap kesempatan yang ada, kalau perlu dilakukan setiap menjelang tidur malam agar persiapan menghadapi hari esok yang abadi dapat selalu terkontrol, selalu kita kaji dan kita tinggalkan yang buruk-buruk dan meningkatkan amal shalehnya dengan amalan Surga.


Setelah kalian membuka dan mebaca blog ini, dimohon untuk memberikan komentarnya !!!
Terimakasih ...